"Ia cinta kepada kutuk--biarlah itu datang kepadanya; ia tidak suka kepada berkat--biarlah itu menjauh dari padanya." Mzm109:17
Kalau bicara soal berkat (secara sempit: uang) maka ada dua ekstrim yg KELIRU. Ekstrim yg pertama adalah mereka yang Cinta Uang. Mereka menjadikan kekayaan sebagai fokus hidupnya, uang jadi sumber kebahagiaan. Dan biasanya kelompok ini kemudian menjadi aneh dalam praktek-praktek dan pengajarannya (yang lebih sering kita kenal sebagai orang-orang teologi kemakmuran). Akibat dari ekses-ekses & praktiknya yang sering menimbulkan skandal, lahirlah Esktrim yang kedua: yaitu orang-orang Kristen yang malu-malu kucing terhadap berkat kekayaan, bahkan sampai anti terhadap berkat.
Ekstrim yang pertama biasanya jatuh kedalam berbagai duka, karen amereka tidak mengerti bahwa uang memang bisa membuat bahagia, tapi uang bukanlah kebahagiaan itu sendiri. Ia cuma alat, bukan tujuan.
Ekstrim yang kedua juga lebih lucu. Karena anti berkat, biasanya yang terjadi sesuai dengan apa yang diimani: yaitu, berkat benar-benar menjauh dari hidup mereka dan mereka hidup kekurangan. Apakah dengan hidup berhutang sana-sini lantas Tuhan dimuliakan? Apakah Tuhan senang jika melihat kita susah makan & anak menangis karena tidak ada susu?
Saya semula termasuk dalam golongan ekstrim yg kedua. Tetapi nats kita hari ini betul-betul membuat saya bertobat dan harus menanggalkan segala konsep pemikiran saya yang keliru tentang berkat. Memang sih berkat itu bukan cuma soal uang. Uang memang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang.
Uang itu sendiri netral adanya. Ia tidak jahat. Banyak orang keliru berpikir bahwa Uang adalah akar dari segala kejahatan. Padahal akar kejahatan yg ditulis dalam 1 Timotius 6:10 adalah CINTA uang. Jadi bukan uangnya yang jahat! Pisau ditangan chef bisa jadi masakan lezat, ditangan penjahat bisa mendatangkan celaka, begitu pulalah dengan uang.
Allah Bapa kita berkali-kali menyatakan diriNya sebagai pemberi berkat. Kalau kita menolak berkat berarti kita menolak Dia.
Jangan yah!
Renungan oleh: